Padi Varietas Ketan |
Harga gabah varietas ketan yang sempat merajai harga pasaran setahun terakhir, justru terseok-seok dalam dua musim panen terakhir. Padahal, varietas ini sempat disebut-sebut menjadi varietas termahal karena harganya lebih tinggi dibanding Ciherang, Mekongga dan Cilamaya muncul. Sayangnya, selama dua kali musim panen bahan baku panganan olahan ini anjlok drastis dan bikin pusing petani. Petani yang tergiur menanam varietas ketan karena harganya yang mahal, justru gigit jari karena harganya berada paling bawah.
Kades Waringin Karya Kecamatan Lemahabang Agun Fadli mengatakan, di desanya perluasan lahan tanam untuk varietas ketan cukup banyak dari sebelumnya. Mungkin, karena harga ketan yang menggiurkan sehingga ada sekitar 5 hektaran yang ditanam di desanya. Meskipun harus dengan perawatan khusus dan selisih penambahan cost lebih mahal, tetapi harganya tetap membuat senyum petani di panen-panen sebelumnya, karena berkisar di harga sekitar Rp 5,8- 6,0 ribu perkilogramnya. Sayangnya, panen kali ini, anjloknya bukan main. Harganya menurun drastis bahkan dibawah Harga Pokok Pemerintah (HPP) yaitu Rp 3,5 ribu perkilogram. Entah karena makin banyak yang menanam ketan atau karena faktor lain, justru varietas lain di golongan air 3 di desanya ini lebih tinggi yaitu Rp 4,0-4,5 ribu perkilogram. "Di kita ada 5 hektaran panen ketan, harganya rendah dari varietas lainnya, gak tahu penyebabnya apa," kata dia.
Meskipun gabahnya dihargai rendah, saat sudah menjadi beras, varietas ketan ini justru masih tinggi yaitu mencapai Rp 11 ribu perliternya untuk kualitas sedang dan Rp 15-17 ribu untuk kualitas super, jauh diatas varietas beras lainnya yang hanya Rp 7-9 ribuan perliternya.
Diungkapkan salah seorang pedagang olahan beras ketan, asal Telagasari, Enur (40), harga beras ketan di pasaran masih sangat tinggi dan tidak ada. Akibatnya, harga makanan olahan ketan yang dijajakan seperti Apem, Gemblong hingga Opak Rengginang ini juga masih dipatok tinggi. Ia berharap, ada kestabilan harga antara gabah dengan beras varietas ketan ini, jika gabahnya dihargai murah, mengapa berasnya harganya mahal. "Kalau beras Ketan masih tinggi aja, gak ada penurunan yang katanya sekarang ini gabahnya murah juga," tandasnya.
Sementara itu, Penyuluh Pertanian Desa Pulosari dan Linggarsari Kecamatan Telagasari, Eva Lady Mustika menuturkan, murahnya harga gabah ketan bikin petani menjerit. Sebab selain turun harga, tengkulak yang membeli gabah jenis ini juga sangat jarang. Sementara yang tanam ketan baru-baru ini volumenya cukup banyak, disisi lain sudah harganya rendah, kadang-kadang ada tengkulak juga yang siap membeli tapi dihutang.
Sementara di berasnya lanjut eva, harganya justru mahal, ia melihat itu terjadi karena proses pengeringannya cukup lama, karena sebelum diberaskan, supaya ketan ini maksimal penggilingannya menelan waktu yang agak lama dari varietas lain. "Akibat panennya bersamaan, tengkulaknya juga jarang melirik ke gabah ketan saat ini mah," kata dia.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Karawang, Enjam Jamsir mengatakan, faktor rendahnya harga ketan dibawah HPP saat ini, akibat pada waktu tanam ketan, panennya cukup luas, sementara beras masih mahal karena dijualnya dicicil. sebab jika menjual gabah itu serentak, sementara beras tidak sakaligus, jadi tetap saja mahal. Di Karawang sendiri tidak lebih dari 25 Hektar sawah ditanami ketan. "Gabah murah ya karena luas, sementara berasn mahal karena dijualnya nyicil," pungkasnya. (rud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar